Dalam upaya memperkuat kesehatan ibu dan anak di Indonesia, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) kembali menyelenggarakan program pengembangan kapasitas internasional bertajuk Knowledge Sharing Program on Maternal and Child Health Handbook 2024. Program ini berlangsung di Sulawesi Utara dari tanggal 20 hingga 25 Oktober 2024 dan dihadiri oleh 21 peserta dari Burundi, Kamboja, Laos, Timor Leste, Nepal, Fiji, dan Indonesia.
Program ini menjadi bukti kuatnya sinergi antara Kemensetneg, Kemenkes, dan JICA dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui implementasi Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA), yang juga menegaskan pentingnya kolaborasi internasional di bidang kesehatan. Dalam sambutan pembuka pada Senin (21/10), Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kemensetneg, Noviyanti, menyatakan bahwa program yang telah berlangsung sejak 2007 ini telah memberi manfaat kepada lebih dari 300 peserta dari 18 negara. Noviyanti menambahkan, "Kami berharap program ini tidak hanya menjadi ajang berbagi pengetahuan, tetapi juga sebagai batu loncatan untuk memperkuat sistem kesehatan di negara-negara peserta." Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey, juga turut hadir dalam pembukaan kegiatan. Beliau turut menekankan bahwa perlu memperkuat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan institusi kesehatan guna meningkatkan kualitas kehidupan ibu dan anak.
Agenda kegiatan mencakup berbagai aspek yang dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang penerapan Buku KIA. Sesi pelatihan meliputi kelas-kelas terkait pengelolaan kesehatan ibu hamil, pemantauan tumbuh kembang anak, serta strategi komunikasi efektif dengan pasien. Selain itu, kunjungan lapangan ke fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, dan rumah sakit di daerah Tomohon dan Minahasa Utara memberikan kesempatan bagi peserta untuk menyaksikan secara langsung bagaimana Buku KIA digunakan dalam praktik pelayanan kesehatan sehari-hari.
Para peserta juga memberikan apresiasi tinggi terhadap pelaksanaan program ini. Thierry Nzeyimana dari Burundi mengaku kagum dengan integrasi berbagai layanan kesehatan ibu dan anak. Chankham Tengbriacheu dari Laos juga mengungkapkan bahwa model Buku KIA Indonesia merupakan inspirasi yang dapat diadaptasi di negaranya. “Pengalaman ini menunjukkan kolaborasi yang luar biasa antara berbagai pemangku kepentingan, seperti Kemensetneg, Kemenkes, Kementerian Luar Negeri, dan JICA. Ini adalah contoh yang bisa kami terapkan di Laos,” ujarnya.
Selain peningkatan kapasitas, Knowledge Sharing Program on Maternal and Child Health Handbook 2024 juga membuka peluang untuk memperluas jaringan kerja sama internasional. Para peserta dari berbagai negara mendapat kesempatan berdiskusi, bertukar gagasan, dan membangun kemitraan baru yang dapat diterapkan di negara masing-masing. Jaringan ini diharapkan dapat menjadi platform berkelanjutan untuk berbagi praktik terbaik dalam kesehatan ibu dan anak, serta memperkuat solidaritas global dalam menghadapi tantangan kesehatan yang terus berkembang. (FDI/Pokja KTSS Biro KTLN Kemensetneg)