Climate Field School 2023: Memahami Informasi Iklim guna meningkatkan Ketahanan Pangan dalam menghadapi Perubahan Iklim

10-Jul-2023
Climate Change

Pada hari Senin (10/7), Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui kolaborasi dengan Sekretariat Colombo Plan (CP) resmi membuka program pelatihan para pelatih di bidang keikliman dalam rangka Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) yang diberi tajuk “Blended Training of Trainers on Climate Field School 2023” di Auditorium BMKG, Jakarta. Pelatihan internasional ini diikuti oleh 19 orang peserta yang berasal dari 9 negara (Bangladesh, Bhutan, Filipina, Indonesia, Myanmar, Nepal, Papua Nugini, Sri Lanka, dan Timor Leste) dengan tema pembelajaran pemahaman dan praktek informasi iklim guna mendukung ketahanan pangan.

Melalui sambutannya, Noviyanti selaku Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri (KTLN) Kemensetneg mengharapkan agar program ini dapat menjadi bekal para peserta guna mengembangkan kualitas pertanian dengan meningkatkan kapasitas para petani di negara masing-masing melalui pemanfaatan informasi cuaca dan iklim untuk menciptakan ketahanan pangan.

Saat membuka program pelatihan ini, Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, juga menegaskan bahwa kenaikan suhu global dan perubahan iklim memperbesar risiko dan masalah bencana hidrologi yang merupakan salah satu faktor pemberi dampak negatif yang signifikan terhadap bidang agrikultur. Oleh karena itu, Dwikorita mengutarakan bahwa peran kegiatan pelatihan ini sebagai wadah bertukar pikiran, pengalaman, dan pengetahuan antarnegara dalam memberdayakan sektor pertanian untuk dapat mempertahankan produksi pangan, memperkuat ketahanan pangan, sehingga dapat mengurangi risiko dari dampak perubahan iklim, terutama krisis pangan.

Program pelatihan ini memadukan metode sinkronus dan asinkronus melalui kegiatan pembelajaran daring via Zoom dan learning management system (LMS) milik BMKG serta kelas luring dan praktik lapangan yang dilaksanakan di Citeko, Jawa Barat. Implementasi berbagai jenis sistem pembelajaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan penyampaian materi dan mendukung peserta dalam menyusun rencana aksi tentang program pemberdayaan dan peningkatan kapasitas para pelaku di bidang agrikultur, termasuk petani, dalam beradaptasi terhadap keadaan cuaca dan iklim ekstrem akibat kenaikan suhu global.