Dalam rangka kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular, Pemerintah Indonesia mengadakan program pelatihan internasional yang bertajuk Second Exchange of South-South and Triangular Cooperation on Technical and Vocational Education Training on Leather Tanning (SSTC TVET) di Yogyakarta mulai tanggal 20 Februari s.d. 3 Maret 2023. Diikuti oleh 10 peserta yang berasal dari Tanzania dan Indonesia dan 2 orang perwakilan dari Dar Es Salaam Institute of Technology, pelatihan ini merupakan bentuk sinergi dan kolaborasi berbagai pihak yang berasal dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), The Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), dan Pemerintah Tanzania.
Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri (KTLN) Kemensetneg, Noviyanti, mengungkapkan dalam sambutannya bahwa pelatihan ini merupakan cerminan pentingnya kerja sama multi pihak dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya dalam pemerataan akses Pendidikan (Gol Nomor 4 – Kualitas Pendidikan). Hal ini juga sejalan dengan peran Indonesia sebagai mitra kunci OECD dalam kerja sama pembangunan guna mencapai SDG Nomor 9 di bidang industri, inovasi, dan infrastuktur, terutama dalam menyediakan program kerja sama teknik bagi negara-negara Afrika.
Lebih lanjut, kegiatan TVET ini bertujuan untuk memperkenalkan best practice Indonesia dalam penyelenggaraan pendidikan vokasional yang dinilai sebagai salah satu cara untuk menekan angka pengangguran muda. “Indonesia memiliki potensi besar di bidang industri kulit, yang ditunjukkan oleh peningkatan volume ekspor produk kulit sebesar 34,28% di kuartal ketiga tahun 2022. Hal ini menegaskan bahwa produk kulit memiliki kontribusi penting dalam perekonomian Indonesia,” ujar Emmy Suryandari selaku Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Kemenperin.
Selain itu, Politeknik ATK Yogyakarta, yang menjadi lokasi utama pelaksanaan pelatihan TVET ini, merupakan satu-satunya lembaga pendidikan vokasi di Asia Tenggara yang memiliki spesifikasi di bidang produksi kulit. Kesinambungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di industri kulit Indonesia yang ditunjukkan dalam pelatihan TVET ini diharapkan mampu menginspirasi para peserta pelatihan untuk dapat menerapkan hal serupa di negara asal mereka. Tidak hanya itu, Emmy juga mengatakan bahwa program ini juga bisa menjadi wadah pertukaran informasi dan pengetahuan terkait industri kulit di Indonesia dan Tanzania.
Zulazmi, Principal Advisor SDGs SSTC, GIZ, dalam sambutannya menyampaikan poin pentingnya penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Politeknik ATK Yogyakarta dan Dar es Salaam Institute of Technology Tanzania yang menjadi formalisasi program TVET. Perjanjian formal ini diharapkan menjadi awal kerja sama selatan-selatan dan triangular antara Indonesia, Tanzania, dan Jerman yang berkelanjutan.
Kurikulum program TVET ini memungkinkan peserta terlibat aktif dalam pembelajaran teori dan praktik dalam proses produksi kulit. Salah satunya adalah dengan mengunjungi beberapa produsen kulit di Yogyakarta sebagai contoh konkret, mulai dari yang berskala kecil, menengah, hingga besar. Kegiatan studi lapangan ini juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk berinteraksi langsung dengan pihak produsen dan memperoleh pengetahuan praktis guna pengembangan industri kulit di Tanzania.