Beijing, RRT – “Seminar on Public Management for ASEAN Countries” merupakan salah satu pelatihan kerja sama Teknik yang ditawarkan melalui Biro KTLN Kemensetneg atas tawaran dari Pemerintah China (dhi. CIDCA). Seminar diselenggarakan oleh China National Academy of Governance di Beijing, China pada 2 s.d 22 Desember 2024. Peserta seminar berjumlah 29 orang yang terdiri dari berbagai unsur pemerintah dari perwakilan 6 dari 10 negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Laos, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja. Dalam kesempatan ini, Indonesia memiliki 5 (lima) perwakilan, yaitu 2 (dua) perwakilan dari Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara yakni Maharani Fara (Analis Kebijakan Muda) dan Winda Hestiecia (Penyusun Kerja Sama Teknik Luar Negeri) serta 3 (tiga) peserta ASN Kementerian Dalam Negeri yakni Bagus Wahyu Hartono, Rina Syarini, dan Imanuddin.
Group photo peserta Seminar on Public Management for ASEAN Countries pada opening ceremony
Seminar memiliki 2 program utama yaitu In-class activities dan out-class activities yang dilaksanakan dengan melakukan visit ke beberapa tempat di kota Beijing, Jinhong, Pu’er, dan Kunming. Seminar bertujuan untuk sharing best practices public management yang mendukung perkembangan pembangunan di Tiongkok.
In-class activities
Seminar ini diawali dengan pembukaan oleh Director-General of China National Academy of Governance, Mr Xie Yutong. Dalam sambutannya, Mr Xie menyampaikan bahwa Tiongkok, sebagai mitra strategis ASEAN, memahami pentingnya kolaborasi internasional dalam memperkuat kapasitas manajerial di sektor publik. Hubungan Tiongkok dengan ASEAN tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi, tetapi juga pada peningkatan kapasitas pemerintahan dan pembangunan manusia, sehingga melalui pelatihan ini, diharapkan dapat terjalin kemitraan yang lebih erat antara Tiongkok dengan negara-negara ASEAN terkait dengan pembangunan pemerintahan yang lebih baik dan efisien.
Kiri: Chan Vivath (Kamboja), Maharani Fara, Rina Syahrini dan Imannudin (Indonesia); Kanan: Bagus Wahyu Hartono, Winda Hestiecia (Indonesia), Phat Phearak (Kamboja)
Selanjutnya adalah pembelajaran terkait in-class activities sebanyak 14 materi pembelajaran. Secara umum, hal yang dipelajari antara lain latar belakang masa lalu seperti sejarah, revolusi nasional, rezim politik Pemerintahan, pembangunan sosial-ekonomi termasuk hubungan regional dan internasional Tiongkok hingga saat ini. Selain itu juga dilaksanakan studi kasus terkait penanganan kebencanaan di Tiongkok dimana Pemerintah Tiongkok berpegang pada prinsip “put people's lives first” dalam setiap keadaan karena belajar dari pandemi COVID-19, kehidupan rakyat selalu menjadi prioritas utama.
Seluruh materi pembelajaran memberikan wawasan menyeluruh tentang keberhasilan Tiongkok dalam menerapkan pendekatan pemerintahan berbasis komunis-sosialis, yang menekankan pada integrasi pusat dan daerah serta prioritas kepada rakyat. Pendekatan ini terbukti berhasil mendorong pembangunan signifikan Tiongkok di berbagai sektor di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping.
Selain itu, Tiongkok saat ini merupakan perekonomian terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kontribusi signifikan terhadap perdagangan global. Keberhasilan Tiongkok juga terlihat dari pencapaiannya dalam meningkatkan kualitas hidup warganya, di mana Indeks Pembangunan Manusia (HDI) Tiongkok keluar dari kategori rendah dan meningkat menjadi kategori tinggi. Hal ini mencerminkan kemajuan signifikan dalam sektor pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial yang menjadi fokus utama kebijakan pemerintah.
Kegiatan cultural experience di Great Wall, Beijing
Out-class activities
Kegiatan out-class activities meliputi cultural experience dan on spot teaching. Cultural experience mengunjungi The Great Wall dan The Palace Museum di Beijing sebagai kesempatan untuk belajar budaya dan sejarah Tiongkok. Arsitektur Tembok Besar mencerminkan ketahanan Tiongkok dan tradisi kekaisaran kekuasaan dinasti Ming dan Qing. On spot teaching bertujuan memberikan pembelajaran langsung dan interaktif kepada peserta dengan cara yang lebih praktis dan aplikatif, sehingga memungkinkan peserta untuk memahami materi dengan lebih mendalam melalui kunjungan langsung ke lokasi yang relevan dengan topik seminar. Salah satu lokasi penting yang dikunjungi dengan kaitannya dengan hubungan Tiongkok-ASEAN adalah Mohan Port di Jinghong. Port ini berperan penting dalam jalur perdagangan antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN, terutama melalui negara-negara seperti Laos, Thailand, dan Myanmar. Sebagai bagian dari China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA), jalur ini memfasilitasi perdagangan lintas batas dengan memperkuat infrastruktur transportasi, termasuk jalan raya dan rel kereta api yang menghubungkan Tiongkok dengan negara-negara Asia Tenggara. Mohan Port mendukung jalur perdagangan multimodal, menggabungkan transportasi jalan raya, kereta api, dan perairan untuk memastikan distribusi barang yang efisien.
Pengembangan jalur ini sejalan dengan inisiatif Belt and Road Initiative (BRI), yang bertujuan memperkuat konektivitas global dan hubungan dagang antara Tiongkok dan ASEAN. Selain itu, Mohan Port juga memainkan peran penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Yunnan, Tiongkok, serta negara-negara tetangga seperti Laos dan Myanmar, dengan meningkatkan integrasi ekonomi dan mendorong investasi antar wilayah.
Penyerahan sertifikat pada closing ceremony
Kesan dan Harapan Peserta
Secara keseluruhan kegiatan berlangsung dengan lancar dan baik. Peserta berharap seminar semacam ini perlu terus dilanjutkan dengan penguatan pada sisi sharing best practices public management oleh Pemerintah Tiongkok di tingkat pusat dan daerah dengan negara anggota ASEAN. Selain itu, seminar semacam ini merupakan model people-to-people exchange sebagai langkah awal yang baik untuk kerja sama kedepan. *(MF & WH)