Setelah berjalan sukses sebagai salah satu inisiatif trilateral di kawasan Asia, proyek Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequality (ACCESS) yang dimulai sejak tahun 2020, resmi berakhir pada hari Rabu (4/12). Dalam kerangka Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) yang melibatkan Indonesia, Timor Leste, dan Korea Selatan, proyek ini tidak hanya berfokus pada pengembangan energi bersih, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi multi pihak dan lintas negara dalam menciptakan solusi berkelanjutan untuk mengurangi kesenjangan energi di wilayah terpencil. Selama empat tahun proyek ini juga memperkuat lembaga lokal, khususnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk memastikan keberlangsungan pengoprasian dari PLTS sekaligus membuka peluang pertumbuhan ekonomi lokal sekitar.
Berangkat dari tujuan untuk mendukung masyarakat paling rentan untuk memiliki layanan dasar listrik dan air bersih, proyek ACCESS berhasil dilaksanakan di 22 desa terpencil di empat provinsi: Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara dan di tiga municipality di Timor Leste.
Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Noviyanti hadir sebagai salah satu narasumber pada acara diskusi panel terkait dengan praktik KSST dalam proyek ACCESS. Selain Noviyanti, hadir narasumber lain yaitu Vice President Korea Institute for Development Strategy (KIDS) Hongmin Chun, State Secretary of Electricity, Water, and Sanitation Ministry of Public Works Timor-Leste Marito Ferreira, Pengembang Teknologi Pembelajaran PPSDM EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Elin Lindyasari. Diskusi ini tidak hanya membahas dampak proyek, tetapi juga memberikan wawasan tentang praktik baik dalam kerangka KSST untuk pengembangan energi bersih yang inklusif dan berkelanjutan.
Proyek ini pada implementasinya melibatkan antara lain transfer teknologi seperti instalasi pompa air tenaga surya, serta pelatihan teknis guna peningkatan kapasitas. Chun menyatakan bahwa kerja sama ini berangkat dari minat besar Timor Leste untuk dapat mengadopsi pengetahuan terkait elektrifikasi menggunakan energi terbarukan. Oleh karena itu, Ferreira juga menekankan bahwa proyek ini menjadi langkah strategis bagi Timor Leste dalam mempersiapkan keanggotaan penuh ASEAN dengan pengembangan energi bersih menjadi prioritas.
Lebih lanjut, Noviyanti menegaskan bahwa KSST memiliki potensi besar untuk memperkuat hubungan antarnegara melalui proyek dan program pengembangan kapasitas serta memaksimalkan manfaat program. Beliau menjelaskan posisi Kemensetneg dalam KSST sebagai inkubator untuk program pengembangan kapasitas di berbagai sektor, termasuk energi bersih. Keterlibatan banyak pihak melalui multistakeholder partnership dalam KSST, seperti yang tercermin dalam proyek ACCESS, juga menjadi hal esensial dalam mendukung promosi keunggulan unik Indonesia dalam berbagai kompetensi teknis.
ACCESS menjadi bukti nyata bahwa dengan kerja sama yang baik dan dengan pendekatan terintegrasi, manfaat maksimal dapat dimanfaatkan bagi semua lini. Ia juga mendorong replikasi praktik baik proyek ACCESS, baik melalui kolaborasi lintas kementerian dan lembaga di Indonesia maupun pemeliharaan infrastruktur berkelanjutan di Timor Leste. Harapannya, proyek ini dapat semakin memperkuat hubungan antara Korea, Timor Leste, dan Indonesia, dan menciptakan sinergi di bidang energi terbarukan. (FDI/Biro KTLN Kemensetneg)