Beijing, Tiongkok - Dalam upaya mendukung pembangunan digital dan tata kelola keamanan di negara-negara berkembang, seminar Digital Development and Security Governance Training Course in Developing Countries berhasil diselenggarakan pada 31 Oktober hingga 13 November 2024 di Beijing, Tiongkok. Acara ini diorganisir oleh Academy for International Business Officials (AIBO), yang bernaung di bawah Kementerian Perdagangan Republik Rakyat Tiongkok (MoFCOM). Seminar ini bertujuan memperkuat hubungan internasional, mentransfer pengetahuan, dan mengeksplorasi strategi digitalisasi modern untuk menjawab tantangan global dalam era transformasi digital.
Sebanyak 36 delegasi dari delapan negara berkembang, termasuk Gabon, Irak, Nigeria, Kamerun, Nepal, Kuba, Barbados, dan Indonesia, menghadiri seminar ini. Dari Indonesia, delegasi yang hadir adalah Deden Irfan Afryansyah (Kantor Staf Presiden), Intan Lidwina (Arsip Nasional Republik Indonesia/ANRI), Benna Anggriawan, dan Gamal Akbar Adzanni (Kementerian Sekretariat Negara). Partisipasi yang beragam ini menunjukkan semangat kolaborasi global dalam mendukung pengembangan teknologi digital dan tata kelola keamanan di berbagai negara.
Materi Strategis Seminar
Materi seminar mencakup berbagai topik strategis yang relevan dengan pembangunan digital dan tata kelola keamanan di negara-negara berkembang. Peserta diajak mendalami Overview of China's National Conditions, yang mengulas kondisi nasional Tiongkok dan pencapaian teknologinya sebagai inspirasi global, serta Chinese Leaders’ Ideas of Governing the Country, yang memaparkan visi kepemimpinan Tiongkok. Strategi integrasi ekonomi melalui inisiatif global "One Belt, One Road" Initiative and Implementation Measures turut menjadi topik utama, diikuti dengan pembahasan tentang pemanfaatan e-commerce untuk perdagangan internasional dalam materi E-Commerce to Promote Trade Development in Developing Countries. Selain itu, isu keamanan digital diangkat melalui materi Advanced Threat Detection in the Age of Artificial Intelligence, yang membahas deteksi ancaman siber berbasis kecerdasan buatan, dan New Technology Security Challenges and Data Security Management, yang membahas pengelolaan data serta tantangan teknologi baru. Para peserta juga mempelajari Digital Development Model and Cross-border E-commerce Trends, yang menyoroti tren e-commerce lintas batas untuk mendukung pembangunan digital yang berkelanjutan. Materi-materi ini dirancang untuk memberikan wawasan teoritis sekaligus strategi praktis dalam mengatasi tantangan global di era digital.
Sebagai bagian dari seminar, peserta juga mengikuti serangkaian kunjungan lapangan ke lokasi-lokasi strategis, termasuk warisan budaya di Tiongkok untuk memperoleh pengalaman langsung. Mereka mengunjungi Great Wall guna memahami sejarah dan budaya Tiongkok, serta Tiantongyuan Market, tempat observasi dinamika pasar komoditas lokal. Studi kasus tentang penerapan infrastruktur pintar dalam manajemen perkotaan dilakukan di SuperMap Software Company, sementara solusi pengembangan digital dieksplorasi di Shenzhen International Digital Park, yang menjadi pusat inovasi teknologi. Peserta juga mengunjungi Nantou Ancient Town, yang memperlihatkan integrasi modernisasi industri dengan pelestarian budaya. Selain itu, inspeksi pasar komoditas internasional dilakukan di Huaqiang North dan Dongmen Old Street, kawasan perdagangan utama di Tiongkok. Kunjungan diakhiri dengan eksplorasi transformasi digital di sektor pertanian melalui program Rural Digital Development and Agricultural Informatization. Aktivitas ini memberikan wawasan komprehensif tentang implementasi teknologi digital dalam berbagai sektor, sekaligus memperkuat pemahaman peserta tentang inovasi yang telah berhasil diterapkan di Tiongkok.
Pandangan Delegasi Indonesia
Para delegasi Indonesia memberikan tanggapan positif atas pengalaman mereka dalam seminar ini. Intan Lidwina dari ANRI menyatakan, "Merupakan kehormatan bagi saya mengikuti seminar ini. Salah satu materi yang sangat menarik adalah China Electronics Technologies Comprehensive Information Solutions and Security Governance in the Digital Field, yang mengajarkan cara melindungi data dari ancaman siber." Deden Irfan Afryansyah dari Kantor Staf Presiden (KSP) menambahkan, "Pengetahuan dari seminar ini membuka peluang untuk mengembangkan peran KSP melalui inovasi teknologi, seperti membangun Policy Innovation Lab berbasis blockchain dan crowdsourcing untuk transparansi kebijakan." Sementara itu, Benna Anggriawan dari Kemensetneg mengungkapkan rencananya, "Saya akan menyusun strategi jangka panjang untuk mengembangkan aplikasi yang mendukung kinerja birokrasi yang lebih produktif." Gamal Akbar Adzanni, juga dari Kemensetneg, menekankan, "Pengembangan aplikasi API internal harus memprioritaskan keamanan data dengan menerapkan kontrol akses berbasis peran dan enkripsi, serta mematuhi regulasi seperti GDPR atau Cybersecurity Law." Tanggapan ini menunjukkan semangat implementasi ilmu dari seminar untuk mendukung transformasi digital di Indonesia.
Harapan untuk Masa Depan
Seminar ini diharapkan menjadi katalisator dalam mendukung pencapaian RPJMN 2025–2045, khususnya Misi 2: Transformasi Digital sebagai pendorong utama Transformasi Indonesia Emas 2045. Dengan kolaborasi internasional seperti ini, Indonesia dapat memperkuat kapasitas teknologi untuk mencapai pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Melalui program ini, para peserta tidak hanya mendapatkan wawasan, tetapi juga peluang untuk menerapkan solusi digital yang inovatif di negara masing-masing. Semangat kolaborasi dan berbagi pengetahuan ini mencerminkan komitmen global menuju transformasi digital yang inklusif.
Disusun oleh: Mira Widiarani (Analis Kebijakan pada Pokja Aspasaf)
Editor : Tim PSI Biro KTLN