Belajar AI hingga Blockchain: Seminar Digital Global di Nanchang

18-Nov-2024
KTLN

Nanchang, Tiongkok — Dalam era transformasi digital yang semakin pesat, seminar bertajuk "The Belt and Road Countries Digital Technology Seminar" yang diadakan di Universitas Nanchang, Tiongkok, menjadi momentum strategis untuk memperkuat kerja sama lintas negara dalam menjawab tantangan dan peluang global. Seminar ini, yang berlangsung dari tanggal 28 Oktober hingga 17 November 2024, dirancang untuk mempertemukan para ahli, praktisi, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara berkembang guna berbagi pengetahuan, pengalaman, serta teknologi yang relevan dengan era digital.

 

Melalui program ini, Tiongkok sebagai salah satu pusat inovasi teknologi dunia, tidak hanya berbagi capaian dan keahlian mereka, tetapi juga membuka ruang kolaborasi internasional yang bertujuan untuk mendorong transformasi digital yang inklusif. Seminar ini menawarkan wawasan praktis dan strategis mengenai teknologi terkini, seperti kecerdasan buatan, blockchain, keamanan siber, serta realitas virtual dan augmented reality, yang diharapkan dapat diadaptasi untuk kebutuhan masing-masing negara.

Sebanyak 25 delegasi dari enam negara berkembang—Nigeria, Zambia, Kuba, Nepal, Grenada, dan Indonesia—berpartisipasi dalam program ini, mencerminkan keberagaman dan semangat kolaborasi yang kuat. Indonesia sendiri diwakili oleh empat delegasi, yakni Siti Rahayu (Kementerian Kesehatan), Akhmad Nakhrowi (Arsip Nasional Republik Indonesia/ANRI), Trisno Raynaldy Panjaitan, dan Ichwansyah Abdul Hadi (Kementerian Sekretariat Negara). Partisipasi delegasi Indonesia ini menunjukkan komitmen nyata dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang teknologi digital, sekaligus memperluas jejaring internasional yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung berbagai inisiatif pembangunan digital di dalam negeri. Kehadiran mereka juga menegaskan pentingnya sinergi antara institusi pemerintah dan sektor pendidikan untuk mewujudkan transformasi digital yang berdampak luas.

 

Seminar ini diawali dengan diskusi mendalam mengenai ekonomi digital, sebuah fondasi penting dalam pembangunan modern. Peserta mendapatkan wawasan strategis tentang bagaimana teknologi dapat diimplementasikan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi sekaligus menciptakan inklusivitas. Sesi ini menyoroti pengalaman Tiongkok dalam memanfaatkan teknologi digital untuk mendukung pertumbuhan sektor ekonomi secara berkelanjutan. Kunjungan ke Huawei Qingyunpu Innovation Center menjadi puncak sesi ini, di mana peserta menyaksikan langsung aplikasi sistem operasi Harmony OS dalam berbagai teknologi otomasi kendaraan dan inovasi berbasis kecerdasan buatan (AI).

Pada sesi berikutnya, teknologi blockchain menjadi sorotan utama. Materi ini tidak hanya memberikan pengenalan teoritis, tetapi juga kesempatan bagi peserta untuk terlibat langsung dalam praktik pengelolaan blockchain. Teknologi ini dipandang sebagai solusi penting untuk menciptakan transparansi dalam sistem digital di berbagai sektor. Selain itu, keamanan siber menjadi fokus krusial, dengan pelatihan khusus tentang cara mendeteksi dan menangani ancaman digital menggunakan sistem intrusi modern. Sesi ini relevan dengan kebutuhan negara berkembang dalam meningkatkan keamanan nasional dan perlindungan data.

 

Teknologi realitas virtual (VR) dan augmented reality (AR) menjadi salah satu topik paling menarik dalam seminar ini. Peserta tidak hanya diperkenalkan pada teori teknologi imersif, tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung melalui simulasi VR dan AR yang dirancang untuk berbagai kebutuhan, termasuk pendidikan dan kesehatan. Salah satu simulasi yang paling mencuri perhatian adalah karya mahasiswa asal Indonesia, yang menampilkan inovasi VR dengan potensi besar untuk diterapkan dalam dunia pendidikan interaktif dan pelatihan medis.

Seminar ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran teknologi, tetapi juga mempererat hubungan budaya antarnegara. Peserta diajak mengenal lebih dekat tradisi dan warisan sejarah Tiongkok melalui kunjungan ke lokasi ikonik seperti Pavilion Tengwang, Museum Provinsi Jiangxi, dan Wanshou Palace. Dalam perjalanan ini, peserta memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana Tiongkok mempertahankan nilai-nilai tradisional di tengah perkembangan modernitas. Sebagai bagian integral dari program, kunjungan lapangan ke perusahaan teknologi memperluas wawasan peserta tentang implementasi teknologi di sektor industri. Perusahaan seperti Jiufeng Medical Technology menunjukkan bagaimana perangkat berbasis Internet of Things (IoT) dapat merevolusi layanan kesehatan. Sementara itu, Newland Payment Technology memberikan gambaran nyata tentang solusi pembayaran cashless yang mendukung inklusivitas finansial. Kunjungan ke desa percontohan One Village, One Product menjadi sorotan, memperlihatkan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk memberdayakan ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Peserta seminar memberikan beragam testimoni positif mengenai manfaat dan pengalaman berharga yang mereka dapatkan selama mengikuti program ini. Siti Rahayu dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kesempatan untuk mempelajari inovasi terkini di bidang kesehatan melalui kunjungan ke perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka. “Kami berkesempatan mengunjungi perusahaan-perusahaan inovatif yang membuka peluang kolaborasi di bidang kesehatan. Terima kasih kepada Biro KTLN, Kedutaan Besar Tiongkok, dan Universitas Nanchang atas program luar biasa ini,” tuturnya. Sementara itu, Akhmad Nakhrowi dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menyoroti nilai pembelajaran yang diperoleh dari seminar ini. “Selama tiga minggu, saya mempelajari berbagai teknologi baru, seperti AI, VR, dan keamanan data. Ini menjadi pengalaman yang sangat membuka wawasan,” ujarnya. Testimoni ini mencerminkan pentingnya seminar ini dalam memperluas pemahaman teknologi, bahkan bagi mereka yang sebelumnya tidak memiliki latar belakang teknis mendalam. Trisno Raynaldy Panjaitan mengapresiasi relevansi materi seminar dengan pekerjaannya. “Kegiatan ini sangat relevan dengan pekerjaan saya. Seminar ini menggabungkan teori dan praktik, yang sangat bermanfaat,” katanya. Menurutnya, pendekatan program yang seimbang antara pembelajaran konseptual dan praktik langsung memberikan dampak nyata bagi peserta. Tidak ketinggalan, Ichwansyah Abdul Hadi dari Kementerian Sekretariat Negara berharap agar kegiatan serupa terus dilaksanakan dengan fokus yang lebih mendalam. “Semoga kegiatan serupa dapat berlanjut dengan fokus pada isu-isu spesifik, seperti AI, VR, atau blockchain,” harapnya. Pernyataan ini mencerminkan kebutuhan untuk mendalami teknologi tertentu guna memberikan hasil yang lebih terarah dan aplikatif.

Seminar ini tidak hanya membekali para peserta dengan pengetahuan dan keterampilan terkini di bidang teknologi digital, tetapi juga mempererat hubungan lintas negara melalui kolaborasi strategis. Dengan dukungan program seperti ini, Indonesia dapat terus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, memperkuat jejaring internasional, dan mengadaptasi teknologi untuk kemajuan di berbagai sektor.


Disusun oleh : Mira Widiarani (Analis Kebijakan pada Pokja Aspasaf)
Editor :  Tim PSI Biro KTLN